Postingan

M E N J E R I T

Mulai lagi, rasa yang gak karuan ini Kamu mendadak aneh, diam, main handphone Tengok kesana kesini Padahal yang didepan kamu lagi butuh diperhati Gak ada angin, gak ada apa-apa Cuma gegara apasih Kok jadi seperti ini Aneh sih awalnya Terus kok seperti ada masanya ya Kamu bakal seperti ini Seperti musiman gitu Jadi bisa dibilang triwulan Hampir tiap tiga bulan Aku harus pahami kamu Dengan dinginnya kamu Anehnya kamu Terus tiba-tiba membaik Tapi aku gabisa untuk sekarang Ini harus diselesaikan Gak bisa tiap tiga bulan kamu tiba-tiba aneh seperti ini Semua butuh diobrolin Semua butuh perhatian lebih Kalau udah bosan bisa dibilang baik-baik Kalau lagi males bisa juga dibilang Kita cari jalan keluar Jangan seperti datang terus pergi Tahu lagu gak? Saat kau senang kuada Saat ku sedih kau dimana? Aku gabisa selalu peka Meskipun aku selalu ingin bisa Padahal kalau kamu bilang langsung aja Aku bisa langsung paham Maaf ya gabisa sepeka dulu Karena aku trauma Dengan segala hal yang memanfaatkan k

Ragamu Ada, Jiwamu Kemana

Seharusnya sejak awal aku pahami dan sadari betul, Bahwa mendekatimu adalah suatu hal yang bisa menyebabkan candu, Bahwa bisa menjadikan bahaya untuk diriku, Karena kamu adalah hal yang semu untuk digapai, Karena kamu memang senang melakukan itu, Kepadaku ataupun kesiapapun itu, Terlebih lagi aku tahu, bahwa kamu tidak bisa dimiliki, Karena sudah ada yang memiliki, Menjadikan aku sadar setengah mati, Bahwa mungkin hanya sakit yang berlebih yang aku kuterima sepanjang waktu, Sebenarnya aku tahu sejak dulu, Namun mengapa terasa jaraknya saat ini, Aku sudah sadar sedari dulu, Tapi mengapa aku begitu bergantung denganmu, Aku yang yakin tidak akan memiliki rasa kepadamu, Mulai patah olehmu yang memang siap untuk melepaskan ketika sudah kusayang, Aku tahu ini terlalu berbahaya untukku, Tapi kehilanganmu nyatanya sesulit itu, Aku tidak kehilanganmu secara utuh, Tapi dekat denganmu namun terjarak membuatku semakin sakit, Aku yang paham hal ini, Harus mampu menyelesaikan sendiri, Dan berusaha m

Udahan Ya

Kamu tahu ? Ternyata nyaman yang ada selama ini hanya sementara. Nyatanya bosan tiba-tiba dan sepertinya mulai enyah dan enggan untuk menerima nyata. Menerima bahwa bagaimana bisa kita bersama, sedangkan sebenarnya inginnya tidak. Aku mulai tertampar perasaan dan pikiran, karena mulai termakan halusinasi. Aku ternyata gampang bosan dan sampai enggan melihatmu lagi. Ada apa ini ? Sendirinya pun tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Maunya juga sudahi perlahan namun pasti. Tapi ternyata aku tidak setega ini. Bahkan aku masih bertanya terus dalam hati dan pikiran. Apa sih maunya hati ? Apa sih maunya diri ? Ternyata aku seperti melihat diri ini berada dua sisi. Seperti terbagi dua versi dan seperti bicara sendiri. Tampaknya aku mulai mengerti bagaimana orang memahami aku. Karena kian kemari, kian paham pada versimu, dan aku sungguh enggan sekali untuk bicara lagi. Cukup menguras tenaga ternyata. Kupikir kita sama, ternyata sama sekali tidak bisa untuk dipaksa. Sungguh aku tidak ingin untuk

All is Different

That's simple to say about this. You are you and Me is me. But, sometimes there's a reason we can't talk shortly. When we say that we're friends, we're a best friend, or we're a couple of love, or etc you think about. However we have a relationship one each other, but you can't stop some people moving to do. Although you're a president, a boss, a perfect man, a braver and the other titles. You never be me, so do I, never be you. You may have a thinking about ours, but I don't. Or maybe the opposite between us. I just wanna say, when you didn't know about his or her life, just keep silences. You have a chance to talk, to think, to hear, to comment, but not to judge. Because you never never be like them at the moment. Every people do sympathy for many reason, but for me, they just want to know what happens to me. That's the simple facting in reality. What do you think, if you had met with your special person in past for a long tim

SIA

Jika saja waktu itu tidak terjadi, maka semua tidak akan terjadi. Jika saja waktu itu kau mendengar, maka kau pasti akan mengerti. Jika saja waktu itu kau diam, maka kau akan paham. Jika saja waktu itu kau tidak beroceh terlalu banyak, maka tidak banyak timbul pertanyaan. Jika saja waktu itu kau menahan api membara, maka kau tak pernah menembus batas. Sekarang kau merasakan dalamnya luar biasa. Sekarang kau merasakan menyesal luar biasa. Sekarang kau merasakan pilunya dalam sangat. Sekarang kau merasakan hampanya betapanya. Sekarang kau merasakan untuk apa kau lakukan kesalahan. Bayanganmu yang terus menutupi kebenaran. Selalu mengutitmu hingga kegelapan. Yang tak bisa kau percaya antara benar dan tidak benar. Antara kau dan bayangan. Kau gelap dan berpikir tak karuan. Kau lelah dan amarah tak beraturan. Tutup luka dengan sayatan. Semakin berbekas terasa rasa. Salah tapi tak mengakuinya. Benar tapi terus menghadapkan ke atas. Ketika kau se

DI ATAS BATAS

Resahnya kuat sekali ibarat sambaran petir terkilat Oh maafkan sekali kukatakan ku belum kenalkan Ini syair bukan syair Ini sajak pun bukan sajak Ini puisi pun tak indahnya sekali Ini cuma kumpulan kata yang tersirat di kepala ** Apa, bagaimana, dan seperti apa nantinya? Apa yang bagaimana dan seperti apa maksudnya? Suratan ini tertuju pada dikau yang merasa sempurna nan indah, Tapi kau pecahkan saja arti kebahagiaan hakiki yang tampak sejati, Nyatanya pelangi kehilangan satu warnanya, Bagaimana bisa terjadi? Kehilangan yang biasanya muncul secara bersamaan? it's impossible...? Tidak sama sekali . Pada perasaan ini, engkau sang pujangga hadirkan makna tersendiri, Bahwa kau sendiri yang menghilangkannya, Menghilangkan warna yang seharusnya menjadi pelengkap itu, Warna bahagia yang biasa tersebut pertama, MERAH... ** Lantas bagaimana purnama ini terjadi? Kejauhan tampak hanya sekecil kelereng, Kurasakan tampak lebih besar dari bola matanya, Siapa maksudnya?

Aku Rindu, Maaf Menyakitimu

Angin, Sejuk sekali angin yang kurasakan ini, Bergemuruh dengan tenang, Melewati sela-sela ruang yang ada di tubuhku, Dingin sekali tapi itu yang kuharapkan, Ketika cucuran keringat ini terus meneteskannya, Aku hanya berharap angin datang mengusapnya, Angin yang paling jujur dan tak perlu perantara untuk menyejukkan, Angin yang paling mungkin untuk tak menyakiti dan mengkhianati, Karna ia akan mengusapnya perlahan-lahan, Meski waktunya tak secepat kumpulan benang yang terjahit, Menjadi kain handuk yang mengusapnya dengan rasa yang sedikit berliku, Seperti kulitku adalah rayanya, dan kain itu adalah kendaraannya, Ya, saat ini aku masih percaya pada angin untuk mengusap keringatku, Sesegar apapun itu, Aku menyadari aku bisa tersakiti dengan rasa percaya ini, Karna mungkin ia akan masuk ke tubuhku, Mengisi ruang kosong di tubuhku, Dan tinggal di dalam tubuhku, Mungkin sesampai di gubuk tertutup aku masih merasa dingin, Aku pulang membawa angin, A